Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Babi Mati di NTT, Ini Kata Peternak

Kompas.com - 03/03/2020, 21:12 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Peternak babi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merugi, menyusul hewan peliharaan mereka mati mendadak.

Ketua RT 024, Kelurahan Maulafa, Kecamatan Maulafa, Melianus Tatuin, mengaku, di wilayah terdapat 26 ekor babi yang mati.

"Selain ketua RT, saya juga adalah peternak babi. Babi yang saya pelihara ada 10 ekor. Delapan ekor mati dan masih tersisa dua ekor," ungkap Melianus, kepada sejumlah wartawan, di Kupang, Selasa (3/3/2020).

Jumlah babi yang mati itu, lanjut Melianus, belum didata secara menyeluruh di wilayahnya.

Baca juga: Antisipasi Virus ASF, Peternak Babi di Sukoharjo Dipantau

Kerugian akibat matinya ternak mereka mencapai puluhan juta rupiah.

Melianus menyesalkan sikap pemerintah yang hingga saat ini belum menyampaikan penyebab matinya babi di Kota Kupang.

Padahal, kata Melianus, pada September 2019 lalu, dirinya sudah memviralkan ternak babi milik warga yang mati di media sosial.

Setelah menyebarkan informasi itu, pemerintah langsung bereaksi. Bahkan, petugas dari Bali, turun ke Kupang dan mengambil sampel darah babi yang mati.

"Sampel darah babi yang mereka bawa ke Bali belum diumumkan dan tidak diketahui sama sekali atau hilang kabar sampai hari ini," kata Melianus kecewa.

Menurut Melianus, modal untuk memelihara ternak babi ini diambil dari dana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEM) yang merupakan bantuan modal usaha dari Pemerintah Kota Kupang kepada masyarakat.

Karena itu, kata Melianus, imbasnya pada pengembalian dana PEM ini akan mandek.

"Karena itu saya secara pribadi dan warga yang terkena imbas langsung dari virus ini, kami mohon kepada pemerintah Kota Kupang agar memperhatikan masalah ini. Untuk dana PEM, bisa diperlonggar dan beri kesempatan lagi ke kami karena ternak babi habis dan tidak ada yang bisa dijual lagi," kata Melianus.

"Harapan kami, kalau bisa setelah wabah ini selesai, pemerintah bisa membantu kami dengan anakan babi agar kandang kami bisa terisi kembali," sambung Melianus.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 221 babi dari peternakan milik warga dilaporkan mati di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kepala Dinas Peternakan NTT Dany Suhadi mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab ratusan babi itu mati mendadak.

Baca juga: Dampak Virus Demam Babi Afrika, Peternak di Bali Terancam Kolaps

"Kalau ratusan babi yang mati di Kabupaten Belu itu sudah positif terkena virus African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi. Tapi di Kota Kupang, penyebabnya belum diketahui pasti," kata Dany, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/2/2020).

Dinas Peternakan NTT telah mengirimkan sampel darah dan organ tubuh babi yang mati ke Laboratorium Balai Veteriner Medan, Sumatera Utara.

Pengiriman organ tubuh babi itu, untuk mrncari tahu penyebab kematian ternak milik warga tersebut.

Dany pun meminta masyarakat membantu pemerintah untuk mencegah penularan virus itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com